Getar halus merasuki jiwa
kala ku bisikkan nama-Mu
pada malam-malam panjang senyap
adakah keabadian sepiku mampu menggapai cinta-Mu?
aku hanya ingin Cinta-Mu
aku hanya ingin Cinta-Mu
sungguh.... hanya Cinta-Mu
Karena setelah hari-hari panjang yang melelahkan jiwa
ketika dukacita juga nestapa bertahta dan mengkristal sekian lama
sungguh aku hanya ingin Cinta-Mu hanya Cinta-Mu
hanya Cinta-Mu....
Jumat, 10 Desember 2010
Kamis, 09 Desember 2010
Sajak akhir tahun, untukmu
Duabelas purnama terlewati,
kala kusambut benang-benang kasih yang kau tawarkan,
kini kau telah mampu menepiskan secawan anggur kebimbangan,
yang telah sekian lama mengendap di dasar kalbu
Kekasih, kemudian kusulam benang-benang itu di sehelai kain putih
yang kuberi renda-renda putih disetiap sisinya,
sekian lama kusiapkan sulaman indah ini,
dengan segenap kasihku, segenap kalbuku, segenap rasaku
yang kualirkan lewat benang-benang perak yang sedikit demi sedikit
kubentuk menyerupai mimpi-mimpi indahku
saat purnama-purnama yang terlewati
Namun kekasih,
ternyata ada satu-dua, yang ingin mengambil sulamanku,
ada satu-dua yang mengharap sesobek saja renda putihnya
("untuk satu kenangan" katanya)
dan bahkan diam-diam ada yang ingin merebut
sulaman indahku,
dari dekapanku
Namun kekasih,
tak mau aku membagi sulaman indahku
menjadi potongan-potongan kecil....
apalagi menjadikannya perca !
Tidak kekasih,
aku hanya akan menghantarkannya
dan memberikannya utuh untukmu.
Kekasih,
sanggupkah kau menjaga sulaman indahku selamanya?
(tapi... lebih baik kita menjaganya berdua saja).
Bandung,
Akhir Desember 1994
kala kusambut benang-benang kasih yang kau tawarkan,
kini kau telah mampu menepiskan secawan anggur kebimbangan,
yang telah sekian lama mengendap di dasar kalbu
Kekasih, kemudian kusulam benang-benang itu di sehelai kain putih
yang kuberi renda-renda putih disetiap sisinya,
sekian lama kusiapkan sulaman indah ini,
dengan segenap kasihku, segenap kalbuku, segenap rasaku
yang kualirkan lewat benang-benang perak yang sedikit demi sedikit
kubentuk menyerupai mimpi-mimpi indahku
saat purnama-purnama yang terlewati
Namun kekasih,
ternyata ada satu-dua, yang ingin mengambil sulamanku,
ada satu-dua yang mengharap sesobek saja renda putihnya
("untuk satu kenangan" katanya)
dan bahkan diam-diam ada yang ingin merebut
sulaman indahku,
dari dekapanku
Namun kekasih,
tak mau aku membagi sulaman indahku
menjadi potongan-potongan kecil....
apalagi menjadikannya perca !
Tidak kekasih,
aku hanya akan menghantarkannya
dan memberikannya utuh untukmu.
Kekasih,
sanggupkah kau menjaga sulaman indahku selamanya?
(tapi... lebih baik kita menjaganya berdua saja).
Bandung,
Akhir Desember 1994
Rabu, 08 Desember 2010
Y A N I
Yang hilang tak mungkin kembali
walau gelap selimuti durja
mengubur suka rasuki hampa
Aral tak harap janji
lintasi sepi
sebatas angan
Napaki sepintas semu
dalam ketidakpastian
berharap secercah dian
Ingkar tembusi nyata
lewat rindu
temui do'a
walau gelap selimuti durja
mengubur suka rasuki hampa
Aral tak harap janji
lintasi sepi
sebatas angan
Napaki sepintas semu
dalam ketidakpastian
berharap secercah dian
Ingkar tembusi nyata
lewat rindu
temui do'a
Minggu, 05 Desember 2010
Apa khabar Jiwa yang Gelisah ?
Apa kabar hidup?
ah...ternyata semuanya masih tetap terlihat kelam, tak ada merah, jingga, kuning,
hijau, biru, ataupun ungu
sering aku lupa bahwa dunia ini begitu banyak warna
bukan abu-abu saja
juga bukan hitam saja
Apa kabar pagi?
tetap saja seperti sekian ribu pagi yang telah kulalui disini
dingin, berkabut, dan senyap
Sungguh! kehilanganmu membawaku pada kesunyian
menerbangkan mimpi-mimpiku melewati batas lazuardi
lalu menghempaskan jiwaku dalam keabadian sunyi...
Apa kabar jiwa yang gelisah?
mengapa tetap saja tak bisa menepis duka
yang sekian lama mengendap didasar jiwa
melukis lubang hati yang
menganga semakin dalam
Apa kabar hidup?
entahlah!
begitu sulit kumaknai...
Bandung 2009
Rabu, 01 Desember 2010
PUISI-PUISI KU
D H E A
Pagi ini,
Kutatap embun yang menetes satu-satu
pada ranting cemara yang menjulang di depan kamarku
lalu jatuh di rumput,
wangi melati menebar di sudut kamar,
mengingatkanku pada sosok terkasih, yang selalu hadir
diangan, dijiwa, dan dalam mimpi-mimpi panjangku...
Hampir tigaribu enamratus limapuluh pagi,
kulalui seperti ini:
embun, cemara, rumput, wangi melati,
dan sosok bayangmu yang tak pernah mau pergi
sungguh hanya bayangmu...
Namun kemudian,kutepis anganku, mimpiku, bayangmu
jauh...melewati batas lazuardi
sebab tak mampu aku meraih hatimu,
tak mampu aku memilikimu, tak mampu aku mengungkap isi jiwaku
meski cuma satu kata!!!
(andai saja kamu tahu, tiga ribu enam ratus lima puluh pagi, telah kupendam rasa itu).
Pagi ini,
Kutatap embun yang menetes satu-satu
pada ranting cemara yang menjulang di depan kamarku
lalu jatuh di rumput,
wangi melati menebar di sudut kamar,
mengingatkanku pada sosok terkasih, yang selalu hadir
diangan, dijiwa, dan dalam mimpi-mimpi panjangku...
Hampir tigaribu enamratus limapuluh pagi,
kulalui seperti ini:
embun, cemara, rumput, wangi melati,
dan sosok bayangmu yang tak pernah mau pergi
sungguh hanya bayangmu...
Namun kemudian,kutepis anganku, mimpiku, bayangmu
jauh...melewati batas lazuardi
sebab tak mampu aku meraih hatimu,
tak mampu aku memilikimu, tak mampu aku mengungkap isi jiwaku
meski cuma satu kata!!!
(andai saja kamu tahu, tiga ribu enam ratus lima puluh pagi, telah kupendam rasa itu).
Langganan:
Postingan (Atom)