Duabelas purnama terlewati,
kala kusambut benang-benang kasih yang kau tawarkan,
kini kau telah mampu menepiskan secawan anggur kebimbangan,
yang telah sekian lama mengendap di dasar kalbu
Kekasih, kemudian kusulam benang-benang itu di sehelai kain putih
yang kuberi renda-renda putih disetiap sisinya,
sekian lama kusiapkan sulaman indah ini,
dengan segenap kasihku, segenap kalbuku, segenap rasaku
yang kualirkan lewat benang-benang perak yang sedikit demi sedikit
kubentuk menyerupai mimpi-mimpi indahku
saat purnama-purnama yang terlewati
Namun kekasih,
ternyata ada satu-dua, yang ingin mengambil sulamanku,
ada satu-dua yang mengharap sesobek saja renda putihnya
("untuk satu kenangan" katanya)
dan bahkan diam-diam ada yang ingin merebut
sulaman indahku,
dari dekapanku
Namun kekasih,
tak mau aku membagi sulaman indahku
menjadi potongan-potongan kecil....
apalagi menjadikannya perca !
Tidak kekasih,
aku hanya akan menghantarkannya
dan memberikannya utuh untukmu.
Kekasih,
sanggupkah kau menjaga sulaman indahku selamanya?
(tapi... lebih baik kita menjaganya berdua saja).
Bandung,
Akhir Desember 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar